BANDUNG - Hampir setahun ini, baqda subuh seorang laki-laki paruh baya, berbaju hitam duduk di plataran masjid dekat rumah.
Tas ransel warna hitam, serta sebuah tongkat kayu panjang satu setengah meter juga berwarna hitam direbahkannya kedinding masjid.
Melihat tongkat itu seketika, Aku teringat akan tongkat Nabi Musa membelah Laut Merah, salah satu mukzijat yang Allah berikan kepada Nabi Musa. Hal tersebut terjadi saat Nabi Musa akan melintasi Laut Merah bersama pengikutnya (Bani Israel) dari kejaran Raja Fir’aun (QS. Al-Baqarah Ayat 50).
Mungkin saja laki-laki paruh baya itu, juga terinspirasi dari kisah Nabi Musa Tongkat hitam itu dapat dimanfaatkannya pada saat genting bila diganggu keselamatannya.
Suatu ketika, pernah kulihat ia berjalan menyusuri jalan yang panjang memegang erat tongkat itu di tangan kanannya. Bak, seorang petualang versi cerita Film-film India.
Setelah mengambil segelas kopi panas yang disediakan masjid. Ia menyeruput dengan nikmatnya, kemudian Ia letakkan kembali di lantai sambil matanya memandang ke arah depan, entah apa yang ia pandang. Mungkin saja, memandang kehidupan yang tengah dialaminya. Kegagalan hidup yang tak terduga dan tak disangka.
Masa pandemi menimpa makhluk dunia yang berkepanjangan, sudah beberapa varian dimunculkan. Vaksin dan booster disuntikkan berkali-kali pada manusia. Pemeriksaan pun dilakukan di setiap tempat keramaian. Banyak yang bertanya, kapan selesainya ini?.
Ada saja orang mengatakan perbuatan rekayasa dari kelompok manusia tuk mendapatkan keuntungan, bisnis kesehatan , dan lain sebagainya.
Aku pun tergerak membongkar ayat dalam al-Quran. Kuyakini, Allah yang menciptakan seluruh jagat raya ini, pasti, Allah juga, yang memberikan petunjuknya. Penyakit datangnya dari Allah dan kesembuhan pun hanya Allah yang bisa menyembuhkan. (QS.Surat Yunus:57).
Kisah-kisa Al-Qur’an banyak ditemukan pada kehidupan masyarakat. Penyakit Thaun di zaman Nabi tercatat dalam sebuh hadits, di mana Rasulullah bersabda jangan ada yang memasuki daerah wabah, dan jangan ada pula yang keluar (isolasi) dari daerah tersebut. (buku 'Fiqih Sunnah 2' karya Sayyid Sabiq),
Baca juga:
PWRI Agam Peringati HUT ke-59 tahun 2021
|
Pun, penafsiran terhadap ayat-ayat kisah terkait wabah penyakit selalu di awali dengan penyimpangan prilaku manusia.
Pasukkan Thalut berkhianat, dan ambisi pada kaum Nabi Shaleh. Abrahah ingin menguasai dan merobohkan Ka’bah. Hal itu bisa terjadi karena manusia senantiasa memuja pikiran dan memanjangkan nafsunya, mereka lupa akan hakikat manusia di muka bumi, sebagai hamba Allah Tunduk dan patuh (QS. Al-Fîl [105]: 3-4). Adzab menimpa suatu kaum tak lain, karena perbuatan tangannya sendiri.
Yang kulihat dari teman-temanku usahanya hancur, gulung tikar, tak jalan lagi, karyawannya di PHK.
Mungkin itu penyebab laki tengah baya itu berhijrah, menggelandang tidur di masjid-masjid, meninggalkan rumah, meninggalkan keluarga, meninggalkan isteri, meninggalkan anak.
Lalu seperti apa hidupannya. Mungkin saja, kesabarannya diuji seperti dalam ayat tadi. Ajaran agama tak lagi diikuti, tercermin juga, pada tingkat perceraian yang tinggi di masa pandemi, di banyak kota.
Laki-laki paruh baya itu singgah di masjid menumpahkan masalah hidupnya, yang tak kuat ia hadapi, berat, amat berat.
Dalam sujudnya terdengar, Ia berucap, Yaa - Allah, Aku tak berdaya, Aku tak berdaya, Ya Allah-yaa Rob, Aku tak berdaya.
Kalimat itu diulangi berkali-kali, lirih suaranya, air matanya berlinang dan jatuh di tempat-tempat sujud masjid yang ia singgahi.
Bandung,
Eddy Syarif
Tukang Foto Keliling